Kategori
Kesehatan

Pasien Diabetes Perhatikan Hal Ini Sebelum Berpuasa

Wallpaper Speed, Jakarta Penderita diabetes sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Dimulai dari tekanan darah, gula darah puasa, dan kalau bisa gula darah selama tiga bulan atau disebut HbA1c (hemoglobin A1c), menurut dr Ngabila Salama.

Ngabila mengatakan jika melihat hasil tes yang tidak normal, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan (pengobatan) dan rekomendasi asupan makanan atau tambahan kalori.

Selanjutnya, periksa glukosa darah Anda untuk mengetahui gejala-gejala yang tidak biasa, seperti gula darah rendah (hipoglikemia) atau gula darah tinggi (hiperglikemia), kata Ngabila.

Kemudian sesuai anjuran dokter, dosis dan jadwal pemberian obat atau insulin disesuaikan. Saat waktunya berpuasa, penderita DM disarankan menghindari makanan tinggi karbohidrat, terutama saat makan.

Apalagi di pagi hari karena akan cepat menyebabkan keadaan hipoglikemik nantinya, kata Ngabila.

Ngabila mengatakan, saat berbuka puasa, makanannya bisa berupa buah-buahan seperti kurma, pisang, melon, pepaya dan lain-lain.

Kemudian saya makan malam dan sahur dengan makanan seimbang yang tinggi serat, sesuai konsep apa yang ada di piring saya dari Kementerian Kesehatan RI, lanjutnya dari Antara.

Konsep ini berarti setengah porsi sayur dan buah, setengah porsi karbohidrat dan protein hewani, rendah gula, garam dan lemak.

Penderita diabetes juga bisa mengonsumsi makanan ringan sebelum tidur.

Selain itu, Ngabila menyarankan para penderita DM untuk menghindari aktivitas fisik dan olahraga berlebihan.

“Iya, kalau hasil glukosa darahnya 300 mg/dL, maka puasanya bisa dibatalkan,” kata Ngabila.

Selain itu, penderita DM juga dianjurkan untuk berbuka puasa sesaat sebelum Imsak.

“Kapan puasanya dimulai,” ujarnya.

Pastikan penderita diabetes juga disarankan untuk menemui dokter dan ahli kesehatan lainnya selama berpuasa.

Kategori
Kesehatan

Ini Penyebab Mual saat Puasa Serta Cara Mengatasinya

Jakarta –

Selama berpuasa, umat Islam tidak makan atau minum lebih dari 12 jam. Hal ini membuat sebagian orang menjadi lemah dan tidak berdaya.

Tak hanya itu, banyak orang yang kerap merasa mual saat berpuasa. Kondisi ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengharuskan puasa selama Ramadhan.

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab rasa mual saat berpuasa. Namun jangan khawatir, rasa mual masih bisa diatasi dengan mudah.

Lantas, apa saja penyebab rasa mual saat puasa? Simak pembahasannya di artikel ini. Penyebab mual saat puasa

Mual saat Ramadhan tentu dapat mengganggu fokus ibadah selama Ramadhan. Jadi apa alasannya? Menurut berbagai laporan, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Penumpukan asam lambung

Menurut situs Healthline, rasa mual saat puasa biasanya disebabkan oleh peningkatan asam lambung atau kontraksi lambung akibat lapar tanpa makan.

Fakta menariknya, untuk membantu memecah makanan, lambung memproduksi asam klorida. Saat berpuasa, perut tetap kosong dalam waktu lama karena makanan tidak dipecah. Hal ini menyebabkan asam klorida menumpuk di perut dan dapat menyebabkan refluks asam dan mual.

Jika asam klorida masuk ke kerongkongan, dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, mulas, bahkan mual. dehidrasi

Umat ​​Islam bukan hanya tidak makan atau minum saat berpuasa. Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan bisa menyebabkan dehidrasi.

Nah, mual merupakan salah satu tanda dehidrasi. Seringkali mual disertai dengan banyak gejala lain, seperti kelelahan, pusing, atau kesulitan berkonsentrasi.

Menurut British Nutrition Foundation, kebanyakan orang mengalami dehidrasi ringan saat berpuasa di bulan Ramadhan. Namun dehidrasi ringan bukanlah kondisi yang berbahaya, jadi jangan terlalu panik atau khawatir.

Selain itu, setelah berbuka puasa, sebaiknya perbanyak minum air putih secara rutin hingga berbuka puasa. Bermanfaat untuk mengisi kembali cairan dalam tubuh setelah berpuasa selama beberapa jam. Cara Mengatasi Mual Saat Puasa

Puasa merupakan ibadah wajib yang dilakukan oleh umat Islam. Salah satu tantangan puasa bagi sebagian orang adalah rasa mual.

Sebagian orang bingung apakah ini berarti berbuka untuk menghilangkan rasa mual atau tetap berpuasa hingga salat Magrib dikumandangkan. Sebenarnya ada beberapa cara efektif untuk mengatasi situasi ini.

Masih mengutip British Nutrition Foundation, berikut beberapa cara mengatasi mual saat puasa: Minuman seperti jus atau smoothie rendah gula Makanan kering seperti protein (kacang-kacangan dan polong-polongan) atau karbohidrat (kentang). Kurma, kismis atau aprikot merupakan makanan kaya protein, seperti ikan dan daging tanpa lemak.

Untuk membantu tubuh Anda terhindar dari rasa mual, pastikan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi bagi tubuh Anda. Selain itu, jangan langsung makan banyak saat berbuka, makan secukupnya dan makan perlahan.

Dijelaskan penyebab mual saat puasa dan cara mengatasinya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat mobil semua. “Lebih enak minum minuman panas atau dingin saat berbuka puasa?” Simak videonya. (IFLA/DSSA)

Kategori
Kesehatan

IDAI: Anak-Anak Boleh Latihan Puasa Ramadhan, Tapi Jangan Dipaksa

Wallpaper Speed, Jakarta – Memasuki bulan suci Ramadhan, banyak anak yang ingin ikut berpuasa meski belum kenyang. Orang tua mendukung cita-cita anaknya sebagai latihan.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basara Januarso mengatakan, anak sebenarnya tidak perlu berpuasa. Oleh karena itu, anak-anak tidak boleh dipaksa untuk berpuasa.

“Tidak bisa memaksa anak untuk berpuasa, mereka bisa berpuasa,” kata Piprim pada Jumat, 8 Maret 2024 di acara Lokakarya Juara Imunisasi Nasional di Jakarta.

Sayangnya, ada orang tua yang membandingkan anaknya dengan anak lain. Misalnya ada anak lain yang baru berusia enam tahun, namun ia sudah kuat untuk berpuasa. Sedangkan putranya berusia 10 tahun dan masih belum cukup kuat.

“Ya, ini soal kematangan mental. Ini berbeda untuk anak berusia enam tahun yang sudah kuat. – Secara fisik anak mempunyai kekuatan untuk berpuasa, namun kematangan mentalnya berbeda.

“Ada yang kuat enam tahun sampai matahari terbenam, dan ada yang tidak kuat 10 tahun, jadi tidak bisa diperkuat,” jelas Piprim.

Saat anak ingin belajar berpuasa, Piprim menyarankan para orang tua untuk memastikan anak mendapat cukup makanan, terutama cairan, saat sarapan dan berbuka.

“Jadi jangan memaksa, berpuasa dan perhatikan suasana hati anak.”

Piprim menambahkan, keadaan psikologis anak erat kaitannya dengan pola pendidikan orang tua.

“Keadaan mental anak erat kaitannya dengan pendidikan orang tua. Kalau orang tua memotong anaknya, sebelumnya dia tidak diajarkan berpuasa, bahkan setelah 10 tahun atau 11 tahun pun sulit (puasa).”

Piprim sebelumnya pernah berbicara tentang pentingnya vaksinasi anak terhadap berbagai penyakit seperti diare dan pneumonia.

Lantas, bolehkah anak yang berpuasa mendapat vaksinasi?

Menurut Piprim, puasa tidak menghalangi vaksinasi atau inokulasi.

“Tidak ada masalah (vaksinasi). “Saya kira tidak ada kendala dalam puasa dan vaksinasi,” kata Piprim kepada Health Wallpaper Speed.

Sebaliknya, lanjut Piprim jika anak tersebut jatuh sakit. Menurutnya, puasa dan vaksinasi tidak dianjurkan bagi anak yang sakit.

Di saat yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadiq juga mendorong vaksinasi pada anak. Oleh karena itu, vaksinasi merupakan salah satu cara untuk melindungi kesehatan anak dan mencegah penyakit.

“Mencegah lebih baik dari pada mengobati, lebih baik mengatasi hulu dan hilir, sekarang lebih baik dari pada terlambat kan? Kalau saya melihat program pencegahan pada anak-anak, yang perlu diedukasi adalah keluarga,” kata Budi.

Selain melakukan vaksinasi, Budi mengimbau masyarakat untuk rajin melakukan tes penyakit tersebut.

Di saat yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadiq juga mendorong vaksinasi pada anak. Oleh karena itu, vaksinasi merupakan salah satu cara untuk melindungi kesehatan anak dan mencegah penyakit.

“Mencegah lebih baik dari pada mengobati, lebih baik mengatasi hulu dan hilir, sekarang lebih baik dari pada terlambat kan? Kalau saya melihat program pencegahan pada anak-anak, yang perlu diedukasi adalah keluarga,” kata Budi.

Selain melakukan vaksinasi, Budi mengimbau masyarakat untuk rajin melakukan tes penyakit tersebut.

Kategori
Lifestyle

Makna Tradisi Nyadran Jelang Ramadan di Bantul, Ziarah hingga Bagi-Bagi Makanan

BANTUL – Menjelang bulan puasa, masyarakat Jawa biasa melaksanakan tradisi Niadran atau berziarah ke makam leluhur, seperti Makam Sewu, Padukuhan Pedak, Desa Wijireho, Kapanewon Pandak, Bantul.

Banyak orang yang mengenakan pakaian adat Jawa mengarak segunung hasil pertanian dan daging ayam ke lokasi kuburan. Nantinya, makanan tersebut akan dibagikan kepada warga setelah didoakan.

Ketua Panitia Nyadran Makam Sewu Hariyadi mengatakan, nyadran merupakan tradisi yang dilakukan setiap tahun menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini merupakan ibadah penyucian diri di bulan puasa.

“Hubungannya dengan Tuhan dan hubungannya dengan sesama. Termasuk para tetangga yang sudah meninggal dunia, kita doakan semoga nenek moyang kita menjaganya, sehingga komunikasi kita dari segala penjuru tetap ada, ”ujarnya.

Nyadran juga diartikan sebagai tanda syukur atas limpahan rejeki yang diterima. Hal ini dirayakan dengan pembagian makanan bungkus dalam tradisi gunungan Jawa.

Tak hanya itu, Nyadran juga dimaknai sebagai wujud bakti kepada orang tua, termasuk leluhur yang telah meninggal. Oleh karena itu, warga yang akan menghadiri acara ini akan mendoakan dan membersihkan area sekitar makam keluarga.

Dijelaskan, rangkaian tradisi nyadran diawali dengan karnaval yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Kemudian dilanjutkan dengan salat dzikir dan diakhiri dengan taburan bunga di makam Panembahan Bodho. Panembahan Bodho sendiri merupakan orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Bantul.

Sebenarnya, kata dia, nama asli Panembahana Bodha adalah Raden Trenggono alias Ki Joko Bodo. Dijuluki Bodo (bodoh) karena Raden Trenggono tidak ingin mewarisi jabatan adipati dan lebih memilih menyebarkan agama Islam.

“Disebut Bodho karena tidak mau mewarisi tahta adipati (penguasa) di Terung, Sidoarjo yang merupakan bagian dari kadipaten Majapahit terakhir, ia tidak mau mewarisi dan memutuskan untuk menyebarkan agama Islam,” ujarnya. dikatakan.